Kisah inspiratif

Apel Kejujuran

Alkisah, ada seorang pemuda yang sedang mencari pekerjaan. Ia pergi dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mendapatkan pekerjaan, namun ia belum juga mendapatkannya.

Sampailah ia di sebuah perkebunan yang ditumbuhi pohon-pohon apel yang berbuah lebat. Kemudian ia pun mencari sang pemilik perkebunan tersebut untuk menanyakan apakah ia dapat bekerja di tempat itu.

Akhirnya ia bertemu dengan sang pemilik kebun dan bertanya, "Tuan, bolehkah saya bekerja di perkebunan Tuan? Saya sedang mencari pekerjaan, berapapun bayarannya saya saya sanggup asal saya dapat tempat untuk berteduh."

Lalu sang pemilik kebun pun menjawab, "Apakah kamu sanggup bekerja keras untuk mengurus dan merawat perkebunan itu? Karena pekerja saya yang sebelumnya sudah tidak sanggup bekerja di sini dan mengundurkan diri."

"Insya Allah hamba siap tuan, bila tuan berkenan saya akan mengerjakan amanah tuan." Jawab pemuda itu.

"Baiklah, kalau begitu mulai saat ini juga kamu langsung bekerja di perkebunan saya, mengenai pembayaran gaji, saya akan membayarnya sesuai hasil pekerjaanmu." Kata sang pemilik kebun. Sang pemuda pun menyanggupinya dan mulai bekerja di perkebunan itu.

Waktu terus berlalu dan pemuda itu telah cukup lama bekerja di perkebunan itu, mengurus dan merawat perkebunan itu seorang diri. Ia bekerja dengan giat dan rajin tanpa kenal lelah.

Suatu ketika, pada saat sang pemilik kebun berkunjung ke perkebunannya, ia meminta kepada sang pemuda tersebut untuk memetikkan sebuah apel yang manis.

"Tolong ambilkan saya apel yang sudah masak dan manis, cukup satu saja. Sudah lama saya tidak makan apel. Sekarang jadi ingin lagi." Pinta sang pemilik kebun.

"Baiklah Tuan!" Jawab pemuda itu dan ia pun lalu memetik sebuah apel dan memberikannya kepada sang pemilik kebun.

"Puih, mengapa kamu memberikan saya apel yang masam. Saya tadi bilang ambilkan saya yang manis. Memangnya kamu tidak dengar 'kah?" Teriak sang pemilik kebun dengan nada yang tinggi.

"Kamu sudah lama bekerja di sini, masa tidak bisa membedakan mana apel yang sudah masak dan mana yang belum." Kata sang pemilik kebun sambil marah-marah kepada sang pemuda itu.

"Maaf tuan, tugas hamba hanya merawat dan mengurus saja. Sementara untuk memanennya tuan 'kan punya para pekerja khusus." Jawab pemuda itu.

"Iya, tapi 'kan kamu sudah lama bekerja di sini. Masa' tidak membedakannya." Kata sang pemilik kebun.

"Bagaimana saya membedakannya tuan, saya tidak pernah merasakan mana apel yang masih muda dan mana apel yang sudah masak karena saya belum pernah dapat izin dari tuan untuk memakan buah apel di sini, jadi saya tidak berani memakannya, bahkan yang sudah jatuh dari pohonnya sekalipun. Sekali lagi, saya mohon maaf tuan." Jawab pemuda itu.

Mendengar jawaban pemuda itu, pemilik kebun itu pun tertegun. Dia terpana dengan sifat pemuda itu, jujur dan amanah. Bahkan dia pun tidak pernah mendapatkan orang yang seperti itu.

"Kamu, iya kamu. Saya akan menikahkan putriku dengan mu. Apakah kamu bersedia?" Tanya pemilik kebun itu.

"Tttappi tuan, sssayya tidak sebanding dengan putri tuan. Beliau sudah terkenal kecantikan dan kelembutannya di seluruh penjuru. Sementara hamba, hanya pemuda biasa, miskin pula." Sambil tergagap pemuda itu menjawab.

"Kamu adalah pemuda yang istimewa, kamu adalah sosok pemuda harapan gadis manapun. Kamu, sulit ditemukan padanannya. Tapi, aku harus bertanya kepada putriku dulu. Apakah dia mau atau tidak." Timpal sang pemilik kebun.

Pernikahan pun dilaksanakan dengan meriah. Sang putri bersedia menikah dengan pemuda itu setelah mendengar cerita sang ayah tentang sifat yang jujur dan amanah dari pemuda itu. Apalagi pemuda itu juga gagah. Sudah gagah, baik lagi akhlaknya. Gadis mana yang tidak mau menikah dengannya.

Akhirnya pemuda itu hidup bahagia dengan sang putri selamanya.

1 Response to "Kisah inspiratif"